Khutbah Penyakit Hati dan Penawarnya
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ
عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ
اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي
تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ
الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله
عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Setiap anggota tubuh manusia diciptakan
untuk fungsinya masing-masing. Bila ada yang rusak, maka kerja dan fungsinya
akan terganggu, atau tidak berfungsi sama sekali. Bila mata rusak, penglihatan
pun terganggu, atau menjadi buta. Begitu pula dengan anggota lainnya, misalnya
mulut, hitung, telinga dan lain sebagainya.
Termasuk
pula bila seseorang terserang penyakit hati. Bila hati terjangkit penyakit
maksiat, penyakit yang menjauhkannya dari Allah Azza wa Jalla, maka hati tidak
bisa menjalankan fungsi kerjanya. Ia tidak bisa menghadirkan amalan-amalan
untuk ibadah kepada-Nya. Ia akan jauh dari mengenal Allah Azza wa Jalla .
Penyakit
hati adalah penyakit yang sangat berbahaya, dan terkadang si penderita tidak
bisa merasakannya. Kalaupun ia merasakannya, namun susah baginya untuk bersabar
dalam mengobatinya. Karena obat sakit hati adalah dengan melawan hawa nafsunya.
Dan ini hal yang memerlukan pengorbanan besar.
Memang hati
adalah poros kebahagiaan sekaligus sumber kebinasaannya. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي
الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ
فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh kalian terdapat
segumpal daging; bila ia baik, maka akan baik seluruh badannya. Namun bila ia
rusak, akan rusak pula semua tubuhnya. Ingatlah, itu adalah hati. [Muttafaq
‘alaih]
Hadits
tersebut menunjukkan bahwa baiknya amalan seorang hamba tergantung pada baiknya
hati. Sebaliknya, rusaknya amalan seorang hamba adalah sesuai dengan rusaknya
hati. Hati yang baik, itu adalah hati yang sehat selamat. Hanya hati seperti
ini yang akan bermanfaat di sisi Allah Azza wa Jalla kelak.
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
(yaitu) di
hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih. [Asy-Syu’ara’/ 26: 88-89]
Mengenai
hati manusia, bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori:
Hati yang
bersih; yaitu yang selamat dari berbagai penyakit dan kerusakan.
Dalam hati ini tidak terdapat di dalamnya selain kecintaan kepada Allah dan
takut kepada-Nya. Hatinya selalu takut akan hal-hal yang bisa menjauhkannya
dari Allah Azza wa Jalla . Ia adalah hati yang khusyuk, yang hidup, dan senantiasa
sadar akan tujuan dirinya ada di bumi. Hati yang mati; tak ada
kehidupan di dalamnya. Ia tidak mengenal Rabbnya, tidak pula beribadah
menyembah-Nya. Ia hidup mengikuti hawa nafsu dan kesenangan belaka, meskipun
itu mengundang murka Allah. Ia tidak menghiraukan nasihat yang diberikan. Ia
justru mengikuti seruan syetan dan bujuk rayunya.
Hati yang sakit, Hati ini
sebenarnya menyimpan energi, menyimpan kehidupan, akan tetapi telah bersarang
penyakit dalam hati ini. Terkadang ia bisa lebih dekat kepada keselamatan, bisa
pula ia lebih dekat pada kebinasaan.
Banyak
faktor dan sebab terkait mati dan hidupnya hati seseorang. Diantara sebab
hidupnya hati adalah dengan bergegas menghadap Allah Azza wa Jalla , membaca
Kitab-Nya dengan merenunginya, dan menyibukkan diri dengan dzikrullah
(mengingat Allah Azza wa Jalla ). Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا
وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. [Ar-Ra’d/ 13: 28]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ
قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ
رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
ayat-ayat–Nya iman mereka bertambah (karenanya), dan hanya kepada Rabblah
mereka bertawakkal.” [Al-Anfal/8:2]
Diantara
sebabnya yang lain, yaitu bergaul dengan orang-orang shalih dan mengikuti
amalan mereka. Juga dengan sering mendengar nasihat dan taushiyah agama, serta
dengan menjaga shalat berjama’ah bagi kaum laki-laki. Tidak ketinggalan pula
dengan bertadabbur dan merenungkan ciptaan Allah dan hikmah di balik itu semua.
Karena banyak pertanda dan hikmah bagi orang-orang yang berfikir.
Adapun
hal-hal yang membuat hati menjadi mati di antaranya adalah karena tidak mau
menerima kebenaran, padahal ia tahu kebenaran tersebut. Allah Azza wa Jalla
berfrman :
فَلَمَّا زَاغُوا
أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Maka tatkala mereka berpaling (dari
kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada kaum yang fasik. [Ash-Shaff/61:5]
Orang yang
telah mati hatinya, ia lebih hina dan rendah daripada binatang ternak; dan
Jahannam, itulah tempat kembalinya. Mereka tidak mau menggunakan akal dan
indera mereka untuk mencari kebenaran.
Maka orang
yang demikian, hatinya telah terbalik dan tersegel sehingga ia tidak bisa
mengambil manfaat dari hatinya. Sebab ia telah berpaling dari kebenaran. Ia
telah rela dengan kebatilan. Sehingga kebatilan menjadi menu dan nutrisinya
sehari-hari. Kesesatan, jalan yang ia tempuh, dan neraka Jahim; itulah tempat
kembalinya.
Adapun hati
yang sakit, di antara sebabnya yaitu memakan yang haram. Sebab makanan yang tak
halal akan memberi suplai yang buruk dan keji kepada badan. Seperti halnya
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai orang yang bepergian jauh,
dengan kondisi tubuh berdebu, rambut yang acak-acakan. Ia menengadahkan dua
tangannya ke langit seraya berseru: Ya Rabb; Ya Rabb; namun makanannya haram,
pakaiannya haram; ia diberi suplai makan yang haram;lalu bagaimana mungkin akan
dikabulkan doanya?!
Dan sungguh
miris, bila memperhatikan keadaan sekitar saat ini, memakan sesuatu yang haram
sudah begitu menjamur pada masa sekarang ini! Sehingga hati pun dihinggapi
penyakit; perilaku menjadi bejat, dan dekadensi moral pun begitu parah.
Di antara
sebab lain hati yang sakit adalah berbuat maksiat. Sebab maksiat akan membekas
di hati dan membuatnya sakit. Seperti dalam hadits, bahwa bila seorang hamba
berbuat dosa, akan digoreskan titik hitam di hatinya. Bila bertaubat, titik
tersebut pun akan kembali mengkilap. Kalau tidak bertaubat, titik tersebut akan
bertambah dan semakin parah.
أَقُوْلُ مَا
تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ
Khutbah
Kedua:
اَلحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى
النَّبِيِّ المُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Tak ada obat
penawar untuk hati yang sakit selain obat yang telah Allah turunkan dalam Kitab
dan sunnah Nabi-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ
وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. [Yunus/10:57]
Maka
sambutlah Kitab Allah Azza wa Jalla dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dengan penuh antusias, agar kita bisa menyembuhkan hati kita; agar kita
mendapat kesembuhan dan juga rahmat-Nya. Dalam Al-Quran dan Sunnah terdapat
cahaya dan petunjuk; terdapat ruh dan kehidupan; yang membentengi dari syetan
dan godaannya.
Marilah,
masing-masing kita mempersiapkan diri, dengan menjauhkan diri dari berbagai
keburukan dan segala hal yang mengantarkan kepadanya. Demikian pula jauhkanlah
anak-anak dan juga rumah kita dari berbagai media penebar keburukan dan
kerusakan. Bila memang kita menginginkan kesembuhan bagi hati kita dan kebaikan
bagi masyarakat. Dan hendaknya kita perbanyak doa yang diucapkan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam :
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ،
إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ
لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا إِنَّكَ
جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ
الْمِيعَادَ
اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ،
وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
وَأَقِمِ الصَّلاَةَ
No comments:
Post a Comment