CERITA SYAHID
Penulisa menulis cerita ini untuk para pembaca budiman supaya mengetahui bahwa carita orang yang syahid itu sangat gembira dan menakjubkan, cerita ini penulis dapat dari seseorang sohabat yang ada di kampong jabat, yang sempat berziarah ketempat penulis pada suatu kesempatan, sobat menulis menceritakan dengan penuh gembira dan penuh kumpulan asap rokok yang dia isap dengan penuh asrat, sobat penulis menceritakan begini.
Barang kali orang yang membaca berita disurat kabar masih ingat, apa yang terjadi di kampong jabat, tempat yang selalu terjadi aksi para pejuang kemerdekaan, pada suatu ketika dipagi hari yang cerah, para pejuang itu berada dalam satu rumah, kira-kira jumlah pejuang itu ada 10 orang, ketika mareka dalam keadaan sedang istirahat dan makan-makan, maka tiba-tiba orang dari luar, yang bertugas mengamanan garis luar, memberi khabar pada pejuang yang berada dalam rumah, bahwa ada serdadu masuk, maka mareka yang berada didalam rumah mengambil sikap gegas dan sikap untuk mengundur ketempat yang lebih aman.
Setelah mareka bersiap-siap untuk mundur ketempat yang lebih aman, maka tiba keluar dari mulut seorang pejuang bahwa “kawe tak sedap waso mano weh, waso ketak hidung sikit, kok belakang rumah banyak pacak, kawe tak suka mano weh sama pacak, puak mung! gi dih, kawe waso nak duk disini”, maka sobat diantara mareka berkata “ ah! Mung jadi waso mano pula, gih! gih!, kita gi sekali” maka yang akan duduk dirumah itu kata pula “ cepat la puak mung! gi, kawe ini tak sedap waso, ketak hidung nih, takpo puak mung gi, taruh sama ku sebatang saja natea tu (M.16 A1),
Maka setelah itu kawan-kawannya pergi menghilang dalam kelebatan pohon kayu kebelakang rumah, maka sekarang tinggal seorang diri orang yang mengata diri tidak sedap waso itu didalam rumah, sobat penulis makin sedap dia mencerita ceritanya, dan mengatakan hati orang itu dibuat oleh apa, sambil isap rokoknya dengan penuh hasrat, setelah orang itu berada seorang diri dalam rumah, maka orang itu naik kelantai dua pada rumah itu, serta mengsiapkan diri dan mehadap senjata untuk tetamunya yang akan dating, yaitu para serdadu, setelah dia siap, maka datang lah tetamunya, dua orang serdadu dengan pakain lengkap, setiba dua serdadu itu mendekati pintu rumah itu, maka yang sudah siap dilantai dua itu tadi, dengan penuh gembira menembak tang-tang, tang-tang, gaya menembak tentara gurila, yang miskin dengan peluru, namun sobat penulis kata “ indah bunyinya, tang-tang, tang-tang”,
Setalah bunyi yang indah itu diam, maka terbunyi yang tidak teratur mengamuk, tanggggggggg……, seperti hujan bala, hujan tuhan untuk hambanya yang durhaka, seperti ummat nabi Nuh As, setelah berselang beberapa minit, yang didalam rumah sunyi, maka keluar dari tempat tersembunyi seperti sumut yang melihat gula yang manis, maka gula itu mareka dapat tersibah darah bersama alat besi yang dibuat oleh ilmuan Amerika, dan dua kawan mareka, juga mareka bawa pulang dengan penutuh wajah dengan kain tiga warna, sebagai tanda jasa, maka cerita dari sohabat penulis itu, akhir dengan kata “ puak ning hati mareka sapa, dan yakin pada jalan menuju syahid”,maka penulis kata “gitu cerita nya”, sambil meanggot-anggot kepala, Sekian ceritanya, mudahan para pembaca budiman bisa mengambil hikmahnya dalam isi cerita sobat penulis tadi.
No comments:
Post a Comment