Terbaring gagah di bumi keris Hamba Allah gelaran Supek - Darul Islam Nusantara

Monday, February 28, 2022

Terbaring gagah di bumi keris Hamba Allah gelaran Supek

 

Terbaring gagah di bumi keris Hamba Allah gelaran Supek

Pada malam sabtu tanggal 21 bulan desember tahun 2007 sekitar jam 23.00, penulis dan kawan-kawan sedang membuat forum tidak resmi dikamar seorang pelajar dari kampung tanto, kami sama-sama berbicara beberapa hal tentang masalah kedepan seharusnya kita bagaimana, sambil berbicara dengan penuh mesra, serta menanyakan teman seseorang yang selalu menjadi bahan olakan, bila dia ada dalam forum itu, tiba-tiba dia datang dengan membawa wajahnya yang sangat dipertanyakan, tiba-tiba ada kawan dalam forum itu mengatakan “ada masalah dah tuh! Pergi sendiri tanpa memberi kabar”, namun dengan wajah kusang itu dia mangatakan “ajan loh supek sudah tak ada, aku dapat dari kawan kita”, semua dalam forum itu diam dan tak ada yang menanggapi apa-apa atas perkara yang telah terjadi, forum menjadi bisu, namun wajah yang memberi kabar itu bagaikan seekur keledai mambawa beban yang berat, wajahnya kusam.

Namun tiba-tiba ada yang menanyakan “dimana terjadi” jawab pembawa berita itu “di lammai, jala”, bagi penulis ini merasakan tak mungkin terjadi pada dia, hanya ada kata tak mungkin, namun hal itu adalah kenyataan yang telah terjadi pada hamba Allah gelaran Supek, tidak mahu untuk mengungkapkan kalimah innalillahi wainna ilaihirajiun, pada kejadian itu, susah untuk menahan rasa penasaran apakah betul berita itu terjadi padanya, sampai sekarag pun bagi penulis belum mengucapkan kalimah itu padanya, masih mengatakan bahwa dia belum mati, manun sungguh dalam kalam qodim juga mengatakan demikian, yang pada pengertiannya adalah “jangan mengatakan orang mati di jalan Allah itu mati, tapi dia hidup disisi Allah”, kini apa daya, ini kenyataan sudah tiba, kebenaran yang harus semua lapisan masyarakat patani tahu bahwa nama gelaran supek itu adalah bukti nyata pada perjuangan suci untuk mempertahankan maruah agama dan bangsa melayu patani yang sekian lama dibawah manusia durjanam yang melanggar undang-undang antar bangsa, manusia yang melanggar hak atas bangsa yang lain, kini hamba Allah gelaran Supek sudah pergi dengan penuh perkhidmatan terhadap Agama dan Bangsa yang dia cintai, tanpa dia menuntuti peras keringat yang dia curahkan, penuh suka rila untuk berkhidmah terhadap yang dia yakini, semua orang yang kenal sama dia tentu berita itu merupakan pukulan besar terhadap sanubari yang dalam, pribahasa berbunyi “ harimau mati tinggal taring, manusia mati tinggal jasa”, emang susuh diterima dengan kejadian itu, namun kenyataan pada sebuah kebenaran setiap jiwa manusia tidak bisa menolaknya. Berbaju warna biru dan bercelana hitam jalur merah, biru menandakan keluasan dan kepemimpinan, menandakan sikap jiwa yang bagaikan samudra dan fikiran yang cemerlang, hitam menandakan suatu nilai keabadian dan teguh, serta kesunyian dan merah merupakan tanda keberanian, disertai darah segar mengalir deras dibumi penuh kegersangan yang selalu memanggil penghuni diatasnya unutuk membela, kini telah berwujud kaku dengan wajah memandang kelangit dengan tangan kanan terbuka lebar, penuh dengan darah berwarna merah segar menghiasinya, menunjukkan sikap kepasrahan pada sang penghidup dan pemberi rizqi bahwa kini “aku pasrah pada mu”.

Lengkaplah sudah hidupnya sebagai seorang pahlawan rivolusiner, yang selalu siap dengan tiga risiko menimpa pada diri sendiri, dipenjara, diburu, dan dibunuh oleh musuh, semua tiga risiko itu telah dia alami, terbukti pada hamba Allah gelaran Supek, kini hanya tinggal kenangan pada anak isteri dan pada kawan-kawannya seperjuangan nya, terbaring dengan wajah kukuh dan darah segar yang dikelilingi oleh musuh-musuh memeriksa terhadapnya, seolah-olah musuh tak berani menyentuh dengan tubuh gagah yang berbaju biru dan celana hitam jalur merah, kini musuh akan bertanya-tanya dan akan merasakan tikaman jiwa yang dalam dengan melihat wajah itu, musuh akan bertanya-tanya “apakah Bapak harimau ini telah mewariskan taringnya pada anak-anaknya?”, bila pertanyaan itu terjawab dengan diam!, maka tentunya tepat dengan pepatah para pejuang tanah nusantara raya “mati satu tumbuh seribu”, kini musuh akan berlipat-lipat rasa takut dalam diri mereka, maka tiba saatnya anak-anak dia tampil lebih gagah dan lebih berani setelah bapaknya berbujur kaku ditanah keris! gersang, semua pokok kayu diam, semua binatang malam yang selalu gembira pada malam hari juga ikut diam, namun sebaliknya para bidadari bersukaria dan girang menyambutnya.sekian!!!.
Kuciptakan lagu untukmu
Kunyanyikan syair buatmu
Tentang perjuangan
Tentang pengorbanan
Laungan bertubuh kecil
Tetapi berjiwa besar
Tegas pendirian
Dan berhati mulia
Dari utara hingga selatan
Lantang suaramu
Menentang penjajahan
Melawan penindasan
Demi untuk negara
Demi untuk merdeka
Kau sering terpenjara
Kebebasanmu dirampas
Tapi jiwamu tetap merdeka
Di atas robohan Patani
Kita dirikan jiwa merdeka
Kata-kata azimat darimu
Tak pernah kami lupa
Walaupun kini jasadmu telah tiada
Namun semangatmu membakar jiwa
Rakyat Patani yang tak pernah melupakan pengorbananmu
Rakyat Patani yang cintakan perjuanganmu
Wahai Mujahid Yang Terkorban

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here