Tahukah anda bahawa 3 ulama HEBAT keturunan Melayu dari bumi Nusantara pernah dilantik Imam Besar Masjidil Haram
Masya Allah, tahukah anda bahawa ada 3 ulama besar berketurunan Melayu yang berasal dari tanah Nusantara pernah dilantik sebagai Imam Besar Masjidil Haram suatu masa dahulu?
Kehebatan ilmu mereka daripada berbagai cabang ilmu Islam mereka diakui dan diiktiraf oleh pemerintah sehinggakan ada di antara mereka yang digelar ‘Syaikhul Masyaikh’.
Inilah yang menjadi penyebab mereka dilantik sebagai Imam Besar Masjidil Haram walaupun bukan daripada keturunan Arab.
Mari kenali 3 insan HEBAT ini…
1) Syeikh Junaid Al Batawi
Tak banyak informasi tentang kelahiran Syekh Junaid secara detail. Sejumlah sumber hanya menyebutkan bahwa Syekh Junaid bermukim di Mekkah sejak tahun 1834. Beliau lahir di Pekojan, Jakarta Barat dan wafat pada tahun 1840 saat usianya lebih dari 100 tahun.
Syekh Junaid adalah sosok ulama yang dihormati di Tanah Suci selain Syekh Nawawi Al Bantani dan Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkawabi yang juga pernah menjadi imam di Masjdil Haram.
Sebelum Syekh Nawawi dan Syekh Ahmad Khatib menjadi imam di Masjidil Haram, Syeikh Junaid Al-Batawi lebih dulu menjadi imam besar di Masjidil Haram. Syekh Junaid Al-Batawi menjadi ulama Indonesia pertama yang menjadi imam di Masjidil Haram.
Karena keluasan ilmunya, Syekh Junaid Al-Batawi, disebut-sebut sebagai syaikhul masyaikh para ulama mazhab Syafi’i. Nama Betawi pun menjadi masyhur di Tanah Suci berkat sosoknya.
Dikatakan panggilan ‘Siti Rahmah’ oleh orang-orang Arab kepada wanita-wanita Indonesia di Arab Saudi pada hari ini berasal dari nama isteri Syeikh Junaid Al Batawi.
2) Syeikh Nawawi Al Bantani
Syekh Muhammad Nawawi al-Jawi al-Bantani (Arab: محمد نووي الجاوي البنتني) atau Syekh Nawawi al-Bantani (lahir di Tanara, Serang, 1230 H/1813 M – meninggal di Mekkah, Hijaz 1314 H/1897 M) adalah seorang ulama Indonesia bertaraf Internasional yang menjadi Imam Masjidil Haram.
Ia bergelar al-Bantani karena berasal dari Banten, Indonesia. Ia adalah seorang ulama dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab, jumlah karyanya tidak kurang dari 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis.
Karena kemasyhurannya, Syekh Nawawi al-Bantani kemudian dijuluki Sayyid Ulama al-Hijaz (Pemimpin Ulama Hijaz), al-Imam al-Muhaqqiq wa al-Fahhamah al-Mudaqqiq (Imam yang Mumpuni ilmunya), A’yan Ulama al-Qarn al-Ram Asyar li al-Hijrah (Tokoh Ulama Abad 14 Hijriyah), hingga Imam Ulama al-Haramain, (Imam ‘Ulama Dua Kota Suci).
3) Ahmad Khatib Al-Minangkabawi
Nama lengkapnya adalah Ahmad Khatib bin Abdul Latif al-Minangkabawi, lahir di Koto Tuo – Balai Gurah, IV Angkek Candung, Agam, Sumatera Barat, pada hari Senin 6 Dzulhijjah 1276 H (1860 Masehi) dan wafat di Mekkah hari Senin 8 Jumadil Awal 1334 H (1916 M).
Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah Al Khatib dilahirkan di Koto Tuo, Prov. Sumatera Barat pada hari Senin 6 Dzul Hijjah 1276 H bertepatan dengan 26 Mei 1860 M.
Ibunya bernama Limbak Urai binti Tuanku Nan Rancak. Ayahnya bernama ‘Abdul Lathif yang berasal dari Koto Gadang. ‘Abdullah, kakek Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah atau buyut menurut riwayat lain, adalah seorang ulama kenamaan.
Oleh masyarakat Koto Gadang, ‘Abdullah ditunjuk sebagai imam dan khathib. Sejak itulah gelar Khatib Nagari melekat dibelakang namanya dan berlanjut ke keturunannya di kemudian hari.
Pendidikan
Ketika masih di kampung kelahirannya, Ahmad kecil sempat mengenyam pendidikan formal, yaitu pendidikan dasar dan berlanjut ke Sekolah Raja atau Kweek School yang tamat tahun 1871 M.
Di samping belajar di pendidikan formal yang dikelola Belanda itu, Ahmad kecil juga mempelajari mabadi’ (dasar-dasar) ilmu agama dari Syaikh ‘Abdul Lathif, sang ayah. Dari sang ayah pula, Ahmad kecil menghafal Al Quran dan berhasil menghafalkan beberapa juz.
Pada tahun 1287 H, Ahmad kecil diajak oleh sang ayah, ‘Abdul Lathif, ke Tanah Suci mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah rangkaian ibadah haji selesai ditunaikan, ‘Abdullah kembali ke Sumatera Barat sementara Ahmad tetap tinggal di mekkah untuk menyelesaikan hafalan Al Qurannya dan menuntut ilmu dari para ulama-ulama mekkah terutama yang mengajar di Masjid Al Haram terutama yang mengajar di Masjid Al Haram.
Sumber: covesia.com
No comments:
Post a Comment