Cadar Dicecar, Buka Aurat Naik Pangkat?
Satu ketika, kami silahturahmi ke salah seorang tokoh.
"Mengapa anda masuk
menjadi salah satu pendukung rezim , padahal anda tahu berkali-kali mereka
menunjukan phobia dan anti Islam?".
"Ah..itu kan ulah
media, yang sengaja memblow up statement seseorang atau kelompok, padahal gak
lengkap dan bukan pada inti pokok yang dibahas si tokoh itu..".
Tak habis pikir, begitu
keukehnya beliau "percaya" bahwa rezim akan kembali meraih suara
rakyat dan kembali memegang tampuk kepemimpinan. Berbagai fakta yang dipaparkan
pun tak membuat beliau berubah.
Jadi penasaran, apakah
pendapatnya jika ia menjadi seorang Hayati Syafri, seorang dosen di Institut
Agama Islam Negeri Kota Bukittinggi, Sumatera Barat yang dipecat tanpa dasar.
Dosen ini hingga kini tetap bersikukuh keras mengenakan cadar di lingkungan
kampus. Akibatnya, ia menerima surat keputusan pemberhentian dengan hormat atas
dirinya sebagai dosen mata kuliah Speaking di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
Masihkah ia berpendapat
yang sama? Surat keputusan pemberhentian itu dikeluarkan langsung oleh
Kementerian Agama RI. Dengan keluarnya
SK pemberhentian itu, secara otomatis telah menghentikan langkahnya mengabdikan
diri sebagai dosen di kampus itu. Padahal potensinya luar biasa. Dengan gelar
Doktor predikat Cum Laude, IPK 3,83 yang
diraihnya ia akan mampu menjadi salah satu tenaga pendidik yang handal. Yang
dengan keilmuannya mampu mencetak generasi cerdas dan berguna bagi agama,
bangsa dan negara.
Jika ia dipecat karena
tindakan kriminal wajar, karena tindakan kriminal harus mendapatkan sanksi.
Namun jika dipecat karena apa yang ia kenakan, sungguh terlalu! bukankah
seorang muslimah yang taat pada perintah RabbNya, serta terikat penuh pada
syariatnya adalah salah satu indikasi bahwa ia adalah sumber daya manusia yang
unggul? Karena kinerja kerjanya bisa diukur dari bagaimana ia menjaga
kemuliannya sebagai perempuan.
Nasib muslimah di negeri
mayoritas penduduknya beragama Islam, ironis! Meskipun di negara muslim di
belahan bumi yang lain juga mati-matian mempertahankan prinsipnya, namun di
Indonesia yang penguasanya cenderung permisip adalah sebuah tanda bahwa ada
stigma buruk yang hendak dicapkan kepada siapa saja yang mengaku beragama
Islam.
Penguasa bergeming,
alih-alih membela kebutuhan rakyat, namun nyatanya rakyat makin terhimpit.
Terlihat betapa mereka menggenggam erat arahan tuannya, agar sebisa mungkin
menghambat pergerakan Islam menuju kemenangan. Namun sanggupkah mereka menahan
laju sinar matahari di langit, yang dengannya mampu membedakan mana baik dan
mana buruk.
Lantas bagaimana dengan
kaum yang merasa lebih berhak atas tubuh mereka, atau feminisme yang mereka
serukan melalui berbagai aksi, diskusi, pamlet, vlog, akun sosmed dan lain
sebagainya? Dukungan yang luar biasa, melalui rancangan UU- PKS telah siap
memayungi semua tindakan mereka tanpa takut melanggar hukum. Astagfirullah..
Titik kritis inilah yang
harus dipahami oleh kaum muslim. Sehingga kita tidak terjebak dalam jargon
kosong perlindungan anak dan ibu, padahal di sisi lain hanya untuk memuaskan
nafsu syahwat menjadi bebas tanpa aturan. Bahkan mengikuti arah pandang kaum
sekuler, pembenci Islam. Allah berfirman dalam Qs .Al-Baqarah : 120
Dan orang-orang Yahudi
dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama
mereka. Katakanlah, \"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang
sebenarnya).\" Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu
(kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari
Allah.
Maka jelaslah, agenda
kaum kufar tak pernah sedetikpun berdamai dengan Islam. Sebaliknya mereka akan
terus mengupayakan agar Islam berada di bawah kaki mereka. Ridha Allah adalah
segalanya, mari kita berpegang teguh pada tali agama Allah, karena hanya itu
yang bisa menyelamatkan kita di dunia dan di akhirat. Wallahu a' lam biashowab.
Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
No comments:
Post a Comment