Cara Sederhana 6 Langkah Mendidik Adab Anak
Adab sangatlah penting untuk dikenalkan kepada anak
sedari dini karena merupakan bagian dari pendidikan untuk menunjang pembentukan
kepribadian anak. Adab itu sendiri memiliki makna sebagai kehalusan dan
kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak. Adapun “beradab” berarti mempunyai
adab, mempunyai budi bahasa yg baik, berlaku sopa
Sedangkan kata adab menurut para ahli fiqih dan ahli
hadits mempunyai makna dan pengertian yang berbeda. Mereka mengatakan bahwa
pengertian adab adalah menggunakan perkataan, perbuatan, dan hal ihwal yang
bagus. Ada pula diantara para ulama yang mengatakan bahwa adab adalah
meninggalkan sesuatu yang membawa kejelekan (aib). Di samping itu ada yang mengatakan
bahwa pengertian adab adalah menghiasi diri dengan hiasan orang-orang yang
memiliki keutamaan. Menurut pendapat lain, arti adab adalah tidak bermaksiat
kepada Allah dan tidak merusak harga diri. Ada pula yang mengatakan bahwa adab
berarti takwa kepada Allah. Jadi, orang yang bertakwa kepada Allah adalah orang
yang beradab.
Sehingga bisa dipahami bahwa adab adalah akhlak yang
juga merupakan bentuk pelaksanaan terhadap hukum syara'. Tentu saja adab ini
wajib ibu ajarkan kepada anak-anaknya. Bahkan sebelum anak mulai mempelajari
ilmu, maka ibu terlebih dahulu harus menanamkan adab kepada anak-anaknya.
Terkait hal ini kita bisa memetik pelajaran dari kisah
ulam-ulama salaf yang begitu konsen dalam penanaman adab. Bahkan ulama
terdahulu tidak akan melepas anak-anaknya keluar menuntut ilmu dan tidak akan
mengajarkan ilmu, sebelum mereka yakin dengan pembentukan adab sang anak.
Seperti halnya dikisahkan oleh Imam Darul Hijrah, Imam
Malik rahimahullah pernah berkata pada seorang pemuda Quraisy,
“Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.”
Sebagaimana
Yusuf bin Al Husain juga berkata,
بالأدب تفهم العلم
“Dengan
mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.”
Imam
Malik juga pernah berkata, “Dulu ibuku menyuruhku untuk duduk bermajelis dengan
Robi’ah Ibnu Abi ‘Abdirrahman -seorang fakih di kota Madinah di masanya-. Ibuku
berkata
تعلم من أدبه قبل علمه
“Pelajarilah
adab darinya sebelum mengambil ilmunya.”
Urgensi
Belajar "Adab"
Sebagaimana kisah-kisah yang dituturkan diatas,
menjadi hal yang sangat penting bagi orangtua untuk menanamkan adab. Hilangnya
adab dan rusaknya akhlak akan menjadi bencana besar dalam kehidupan, baik di
dunia maupun di akhirat. Banyaknya kasus kerusakan adab nampak di tengah-tengah
masyarakat saat ini. Sebut saja salah satunya adalah sikap anak yang tidak
menghormati kedua orangtuanya, gurunya dan orang yang lebih tua darinya. Lebih
dari itu, munculnya kasus-kasus anak yang membunuh orangtuanya, membunuh guru,
padahal penyebabnya hal yang sepele. Atau bahkan muncul juga kisah anak yang
memenjarakan orangtuanya, menganiaya dan berlaku semena-mena. Hal itu tidak
bisa dilepaskan dari hilangnya adab dari anak-anak kita.
Dekadensi adab ini jika dibiarkan akan menggerus roda
kehidupan menuju kehancuran. Anak tidak lagi mau mendengarkan nasihat orangtua,
cenderung memaksakan kehendak, dan ujungnya bertingkah laku tanpa ada batasan
dan aturan.
Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan. Oleh karena itu,
penanaman adab menjadi sesuatu yang penting dilakukan, bahkan diajarkan kepada
anak sebelum mereka memasuki usia baligh. Cara mengajarkan dengan
tahapan-tahapan dan langkah-langkah strategis guna tercapainya tujuan. Dalam
hal ini orangtua harus memiliki acuan langkah untuk pembentukannya. Setidaknya
ada enam langkah yang bisa dilakukan orangtua dalam menanamkan adab kepada
anak-anaknya. Diantaranya adalah:
1.
Menanamkan akidah. Ini pondasi penting di dalam membangun kekokohan pribadi
anak. Akidah yang ditanamkan secara benar akan menghujam dalam kepribadian
anak. Akidah ini juga yang akan menjadi dasar bagi sang anak dalam menjalani
kehidupannya. Akidah ini ibarat sebuah akar dalam sebatang pohon. Jika akarnya
kuat, maka pohon pun akan tumbuh dengan kokoh, batangnya sehat, rantingnya kuat
daunnya rimbun, buahnya pun manis.
Begitu manusia yang memiliki akidah yang kokoh, maka
dia akan menjadi pribadi yang kuat dalam pelaksanaan hukum Islam. Dia juga akan
bermanfaat untuk sekitar, adab dan akhlaknya terpelihara membuat orang-orang
terdekatnya nyaman berada disekitarnya. Dan ilmu yang dimilikinya pun akan
menjadi ilmu yang bermanfaat yang bisa menyejukan orang-orang yang haus akan
kebenaran Islam.
2.
Mengenalkan kepribadian dan sosok Rasulullah saw. Ajarkanlah keteladanan Rasulullah
supaya anak mengenal bagaimana sikap yang harus diteladani. Anak pun akan
memiliki standar yang jelas terkait adab yang harus diikuti. Lebih dari itu
akan lahir kecintaan anak kepada keagungan sosok Rasulullah Saw. Maka dengan
begitu anak akan menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladannya dalam
kehidupan.
3.
Teladan dari orangtua. Tentu saja poin ini juga menjadi bagian penting dalam
proses pengajaran. Bagaimana anak bisa mengenal adab yang baik kalau orangtua
tidak mengajarkan. Pengajaran ini bisa berupa nasehat juga contoh langsung atau
keteladanan. Untuk merekatkan nasehat supaya terwujud dalam kepribadian anak
maka teladan adalah unsur penting. Bagaimana mungkin anak akan memiliki adab
yang baik jika orangtua tidak mencontohkannya, atau mungkin apa yang
disampaikan orangtua berbeda dengan apa yang dilakukan. Maka jika hal ini
terjadi justru akan menimbulkan kebingungan tersendiri bagi anaknya.
4.
Mengenalkan dan membiasakan mengucapkan kalimat-kalimat thoyibah. Seperti
membiasakan membaca basmalah sebelum
memulai sesuatu, hamdalah setelah menyelesaikan sesuatu dan sebagainya. Dengan
mengucapkan kalimat Thoyibah maka akan menjadi rem tersendiri bagi anak agar
tidak mengucapkan kata-kata kotor atau mengumpat.
5.
Jauhkan anak dari lingkungan buruk. Ini tentu saja penting, lingkungan sekitar
akan sangat berdampak dalam pembiasaan perilaku baik anak. Jika di rumah
kebiasaan baik sudah ditanamkan, tapi di lingkungan justru mengajarkan
sebaliknya, maka anak akan cenderung mengikuti yang biasa dilakukan teman-temannya.
Apalagi jika kebiasaan buruk itu termasuk yang menyenangkan dan melenakan, maka
bukan tidak mungkin anak akan sangat mudah mengikutinya. Termasuk di sini
adalah orangtua juga harus memilihkan teman bagi anak. Dengan siapa dia bergaul
dan bersahabat maka itu akan menentukan kebiasaanya. Jauh-jauh hari Rasulullah
sudah mengingatkan terkait hal ini dalam sabdanya yang mulia Rasulullah Saw
bersabda;
“Permisalan
teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan
seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi,
atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap
mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan
apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau
asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari)
6.
Orangtua harus senantiasa selektif dalam milih tayangan media. Baik media
elektronik maupun media sosial. Kontrol dan pendampingan harus senantiasa
dilakukan oleh orangtua. Jangan pernah membiarkan anak main gadget ataupun
nonton TV sendiri tanpa dikontrol dan tanpa pendampingan.
Proses ini memang tidak mudah. Tapi jika dilakukan
dengan penuh kesadaran bahwa anak adalah amanah, maka orangtua akan
bersungguh-sungguh dalam menjalaninya. Bagaimanapun setiap amanah akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah. Selain itu orangtua juga harus memahami bahwa
baik buruknya anak adalah cerminan dirinya. Karena anak dilahirkan dalam
kondisi fitrah, maka dialah yang membentuknya, membangun karakternya dan mewarnai pribadinya. Oleh karena itu
bentuklah kebiasaan dan karakter anak sehingga memiliki karakter yang indah dan
kepribadian kuat yaitu kepribadian Islam.
Selama kesempatan itu ada, maka berusahalah membangun
adab anak. Nikmatilah prosesnya dan bersabarlah menjalaninya. Niscaya buah dari
upaya itu akan terlihat jika orangtuanya bersungguh-sungguh dalam
mempersiapkannya. Insya Allah.
Oleh:
Siti Rahmah
No comments:
Post a Comment