Singkil Selayang pandang - MENGENANG SEJARAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN (1607-1692 M./1026-1111H) - Darul Islam Nusantara

Thursday, March 14, 2019

Singkil Selayang pandang - MENGENANG SEJARAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN (1607-1692 M./1026-1111H)

MENGENANG SEJARAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN (1607-1692 M./1026-1111H)

Singkil Selayang pandang
(5) peta lokasi Aceh singkil
Singkil merupakan sebuah daerah di Aceh yang atas UURI Nomor 14 tahun 1999 tepatnya tangal 20 April 1999 Singkil menjadi sebuah Kabupaten akibat pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan dengan wilayah seluas 2.187 km2 terdiri atas 11 kecamatan dan 127 kelurahan, berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.

Kabupaten Aceh Singkil sendiri terdiri dari dua wilayah antara daratan dan Kepulauan sementara Singkil sendiri merupakan Ibukota Kabupaten yang terletak di jalur penghubung Banda Aceh, Medan dan Sibolga.
Singkil tidak hanya merupakan nama Salah satu Kabupaten di NAD apalagi hanya nama Kecamatan di Kabupaten Aceh Singkil, tapi singkil merupakan nama sebuah suku bangsa yang memiliki budaya dan sistem kekerabatan serta pranata sosial lainnya yang sudah lengkap, mendiami daerah geografis yang saat ini dikenal Kab. Aceh Singkil dan Kota Subulussalam,
(2) Rumah adat budaya Aceh
Masyarakat Singkil hidup secara berkelompok dan membentuk beberapa desa di Kabupaten Aceh Tenggara (Tanoh Alas). Singkil sendiri memiliki 15 Desa dan 9 Kelurahan.

Bahasa Suku Singkil sendiri berkerabatan dengan Bahasa suku Batak Pakpak di Sumatera Utara Suku bangsa Pakpak menurut cerita berasal dari keturunan tentara kerajaan Chola di India yang menyerang kerajaan Sriwijaya pada abad 11 Masehi.
Namun adat dan budayanya jauh berbeda karena suku singkil sendiri duluan menganut agama Islam sementara Suku Pakpak sendiri dari beragama Hindu kemudian oleh misionaris beralih ke agama kristen.
Selain itu suku Singkil lebih banyak bercampur dengan etnis-etnis tetangganya seperti suku Minang dan suku Aceh sendiri.
Pakiah Pono tiba di Singkil
images_182Pakiah Pono Datuak maruhun Panjang dari Padang gantiang Batu Sangka, Sitarapang dari Kubuang Tigobaleh Solok, M. Nasir dari Koto Tangah Padang (Koto Panjang), Buyuang Mudo dari Bayang Salido Banda Sapuluah akhirnya tiba di Singkil, mereka langsung menemui Syeikh Abdurrauf di kediamanya sekaligus mengutarakan maksud kedatangan mereka berlima.
Awal mula yang menemui Syeikh Abdurrauf adalah sahabat Pakiah pono yang berempat namun mereka mengatakan kedatangan mereka berjumlah lima orang maka menyusul muncul Pakiah pono yang kakinya cacat kecil sebelah akibat peristiwa masa kecil.
Melihat kedatangan Pakiah pono dengan sembah sujud berbudi Syeikh Abdurrauf teringat akan pituah gurunya bahwa nanti akan ada calon muridnya datang dari arah selatan yang nantinya akan menjadi penyuluh agama mewarisi ajarannya untuk dikembangkan dari pesisir Aceh ke Selatan dimana yang satunya cacat namun pintar dan berbudi pekerti yang tinggi.
Maka tanpa ragu Sang Mufti langsung menerima kelima orang ini menjadi murid dan di persilahkan masuk ke surau mengambil tempat untuk tinggal.
Alangkah gembiranya mereka kerena mendapat restu belajar dan sambil berlari mereka berebutan mengambil lokasi dimana keempat orang tersebut berebut mengambil lokasi ditiap sudut sementara si Pakiah Pono tenang tidak berebut tempat sehingga dia tidak kebagian lokasi
Melihat prilaku Pakiah pono yang bersahaja menimbulkan kagum dari sang Syeikh dan akhirnya si Pakiah Pono di anjurkan tinggal di rumahnya saja.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here