Perjanjian Bukit Marapalam - MENGENANG SEJARAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN (1607-1692 M./1026-1111H) - Darul Islam Nusantara

Thursday, March 14, 2019

Perjanjian Bukit Marapalam - MENGENANG SEJARAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN (1607-1692 M./1026-1111H)

MENGENANG SEJARAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN (1607-1692 M./1026-1111H)

Perjanjian Bukit Marapalam
101_0083Mashurnya kegiatan Syekh Burhanuddin di Ulakan ini meluas sampai ke daerah lain, dari Gadur Pakandangan, Sicincin, Kapalo Hilalang, Guguk Kayu Tanam, Pariangan Padang Panjang sampai ke Basa Ampek Balai dan raja Pagaruyung sendiri tersintak mendengar berita ini.
Seluruh Alam Minangkabau menjadi goncang, perhatian dan perbincangan masyarakat tertuju ke Ulakan sebagai pusat pendidikan dan penyiaran Islam. Untuk menyebarkan ajaran Islam ke seluruh pelosok Minangkabau cara yang dilakukan Syeikh Burhanuddin ialah meniru cara Gurunya Syeikh Abdurrauf, dengan memakai kuasa dan restu Raja Pagaruyung.
Apa bila Raja telah bisa diyakinkan tentang kebenaran agama Islam maka Alam Minangkabau akan mudah dipengaruhi.
images_013Mungkin sudah kehendak hiradat Allah, salah seorang temannya ketika belajar di Aceh yaitu Datuk Maruhum Basa, diangkat oleh Yang Dipertuan Kerajaan Pagaruyung sebagai Tuan Kadhi di Padang Ganting.
Dengan diiringkan oleh Idris Majo Lelo, Syekh Burhanuddin menemui Raja Ulakan yang bergelar Mangkuto Alam untuk menyampaikan niatnya memperluas ruang lingkup kegiatan dakwah, niat ini diterima baik oleh Mangkuto Alam setelah dimusyawarahkan dengan “Urang Nan Sabaleh” di Ulakan.
Akhirnya Syekh Burhanuddin, Idris Majo Lelo, Mangkuto Alam dan Urang Nan Sabaleh Ulakan dengan diiringi hulubalang seperlunya berangkat menghadap Daulat Yang Dipetuan Raja pagaruyung.
Pertama sekali yang ditemui adalah Datuk Bandaharo di Sungai Tarab untuk minta petunjuk. Dan atas inisiatif Datuk Bandaro diundanglah para basa Ampek balai untuk membicarakan maksud dan tujuan “orang Ulakan” yang minta izin untuk menyebarluaskan ajaran Islam di Minangkabau.
Datuak Bandaro memilih sidang diadakan di sebuah bukit yang dikenal dengan nama “Bukit Marapalam”.
IMG00751Isi dari pertemuan tersebut disepakati yang intinya kedua komponen antara Adat dan Sarak merupakan norma hukum dan saling isi mengisi dimana konsepsi Marapalam melahirkan ungkapan “adat basandi syarak, sehingga alim ulama di Minangkabau dapat melibatkan rakyat dalam suatu aksi politik agama.
Konsep Marapalam ini disampaikan ke hadapan daulat Raja Pagaruyung. Dan dari Raja diminta pembesar kerajaan mempertimbangkan yang diterima dengan suara bulat sehubungan dengan politik Yang Dipertuan Pagaruyung dalam menentang monopoli Persatuan Dagang Belanda (VOC) yang mencoba menerapkan penguasa tunggal dalam perdagangan dan memecah belah rantau pesisir dengan menciptakan Perjanjian Painan tahun 1662. Maka Syekh Burhanuddin dan pengikutnya diberikan wewenang seluas-luasnya mengembangkan agama Islam di seluruh Alam Minangkabau.
Seperti bunyi pepatah adat yang disebutkan batas-batasnya  sebagai berikut “di dalam lareh nan duo, luhak nan tigo, dari ikue darek kapalo rantau sampai ke riak nan badabue” Syekh Burhanuddin dengan gerakannya dilindungi oleh kerajaan Pagaruyung. Sebagaimana yang dilakukan Syeikh Abdurrauf dalam menguasai ulayat aceh “adat bak po teumeureuhum, huköm bak syiah kuala”, (adat kembali pada raja Iskandar Muda, hukum agama pada Syiah Kuala) maka sistim ini disalinterapkan oleh Syekh Burhanuddin di Minangkabau.
Sasaran utama Yang Dipertuan Raja Pagaruyung menerima syarat Syekh Burhanuddin ialah demi kepentingan keutuhan Alam Minangkabau sementara Syeikh Burhanuddin sendiri memiliki misi agar agama islam menjadi sendi utama dalam kehidupan manusia khususnya di Minangkabau.
images_288Wilayah pesisir yang merupakan bagian dari rantau Minangkabau mulai berkembang surau-surau, surau-surau ini mulai mengadakan perlawanan terhadap monopoli dagang bangsa Eropah, seperti Muhammad Nasir dari Koto Tangah, Tuanku Surau Gadang di Nanggalo.
Dengan kedua kepentingan antara keutuhan daerah rantau kesepakatan mudah dicapai antara Syekh Burhanuddin dengan Yang Dipertuan Pagaruyung. Kesepakatan inilah yang sering disebut dengan Perjanjian Marapalam.
Pengalaman Syekh Burhanuddin ketika bersama Syekh Abdur Rauf sebagai mufti kerajaan Aceh, menambah wawasan Syekh Burhanuddin dalam politik keagamaan di Minangkabau.
Peristiwa bersejarah di Bukit Marapalam dan Titah Sungai Tarab menghadap kepada Yang Dipertuan Kerajaan Pagaruyung telah tersiar di seluruh pelosok Alam Minangkabau. Anak negeri menerima agama Islam dengan kesadaran. Islam diakui sebagai agama resmi. Adat dan agama telah dijadikan pedoman hidup dan saling melengkapi. Saat itu lahirlah ungkapan “adat menurun, syarak mendaki. Artinya adat datang dari pedalaman Minangkabau dan agama berkembang dari daerah pesisir.
Syekh Burhanuddin dengan syi’ar syariat Islamnya telah menyinari Alam Minangkabau sehingga banyaklah orang yang menuntut ilmu agama berdatangan ke Tanjung Medan.
SURAU SYEIKH BURHANUDDIN MENGAJAR DI TANJUNG MEDANNama Tanjung Medan sebagai pusat pendidikan dan pengajaran ilmu Islam modern saat itu sudah masyhur kemana-mana, Surau Tanjung Medan penuh sesak dengan murid-murid beliau sehingga dibangun lagi surau-surau disekeliling surau asal.
Menurut catatan terdapat 101 buah surau baru di Tanjung Medan yang merupakan satu kampus, itulah awal mula sistem pesantren yang kita kenal sekarang. Perjanjian Marapalam berkembang menjadi suatu proses penyesuaian terus menerus antara adat dan agama Islam, saling menopang sebagai pedoman hidup masyarakat Minangkabau. Tahun 1692 M / 1111 H Syekh Burhanuddin berpulang ke Rahmatullah dalam usia 85 tahun, kematiannya menimbulkan Misteri hingga kini karena setelah jasad beliau dikapani dan hendak dikubur keliang lahat disamping Surau Tanjung Medan kiranya yang tinggal hanya kain kafannya saja sementara jasadnya Raib.
Konon menurut cerita tak lama berselang tersebarlah kabar bahwa ada masyarakat yang melihat dan mendengar ada cahaya yang diiringi suara salawaik berdendang bagai gandang tasa terbang melayang dan turun di dekat pohon Pinago Biru maka dinisbatkanlah Lokasi tersebut adalah Makam Syeikh Burhanuddin sesuai wasiatnya dulu, Wallahu alam bis sawab. Keberpulangan Syekh Burhanuddin telah meninggalkan jasa yang gilang gemilang. Namanya senantiasa akan hidup terus dan tak terlupakan sepanjang masa.
lubang awal kuburan Syeikh Burhanuddin
Sebelum meninggal dunia, Syekh Burhanuddin tidak lupa mendidik kader penerus dalam usaha menyebarluaskan ajaran Islam yang dilakukan melalui latihan dan pendidikan. Untuk meneruskan perjuangan beliau, Syekh Burhanuddin melatih dan mendidik dua orang pemuda yang seorang dari Tanjung Medan yang merupakan sahabat karibnya Katik Idris majolelo, dan anak salah seorang muridnya yang bernazar bila lahir laki-laki akan dihadiahkan pada Syekh Burhanuddin sebagai nazar bernama Abdul Rahman yang akan menggantikan kedudukan,  sebagai “khalipah” kelak. Menurut penilaiannya kedua anak muda ini memenuhi pesyaratan dalam mengemban tugasnya, baik dari akhlak, kecerdaan serta ketrampilan dakwah.
Untuk itu dihadapan Pemuka pemuka Adat Kaum Cadiak Pandai dan Ulama Ulakan ditetapkan Idris Majolelo dan Abdul Rahman sebagai khalipah yang ahli Adaik dan sarak, I dan II yang pengangkatannya berbarengan. Idris Majo Lelo dinobatkan jadi Katib, adalah teman akrab Syekh Burhanuddin sedari muda bekerja bahu membahu dalam menegakkan agama Islam.
Saat itu mashurlah surau Syekh Burhanuddin kepenjuru dunia sehingga pada sisinya berdiri banyak surau-surau kecil yang dihuni oleh pelajar dari berbagai daerah di Minang Kabau, Riau dan Jambi sehingga tersebut lah Tanjung Medan sebagai negeri seratus surau. Syeikh Burhanuddin Ulakan meninggal dunia tahun 1692 M / 1111 H dalam usia 85 tahun tanpa meninggalkan keturunan namun memiliki kakak perempuan yang telah berkeluarga.
Garisnya di Sintuak melewakan gala Datuak Majo Basa, di Koto Tinggi Dt. Nan Sati, di Pasa Usang Dt. Hitam, di Kasang Dt. Rajo Bintang merupakan sanak keluarga yang hilang dan di Ulakan tahun kemarin oleh Rajo nan sabaleh dikukuhkanlah Drs. Burhanuddin sebagai Dt. Nan Basa, sementara di Guguak Sikaladi Pariangan Datuak Paduko Dirajo. Garis keluarga Syeikh Burhanuddin yang di Pasa Usang maupun di Kasang bertemunya di kemudian hari setelah negara Republik Indonesia terbentuk. Manuskrib kitab Syeikh Burhanuddin beserta Ijazah yg berupa pakaian
manuskrip yang ditulis tangan oleh Syekh Burhanuddin sendiri  adalah Kitab asli beserta Ijazah berupa pakaian kaji diri masih tersimpan di tangan Herri Firmansyah khalifah XV bertempat di Surau Pondok Ketek Syekh Burhanuddin Koto  Panjang Tanjung Medan Ulakan. Kitab yang ditulis dengan mengunakan bahasa Arab ini ditulis dengan tinta kanji dan kertas lama berwarna kuning lebih tebal dari kertas biasa yang ada sekarang. Dilihat dari tulisan, tinta, dan kertas yang dipergunakan dapat diduga bahwa memang kitab ini sudah berusia sekitar 4 abad (zamannya Syekh Burhanuddin).
Satu hal yang menjadi catatan penting bahwa kitab tersebut tidak bisa dilihat oleh sembarang orang dan juga tidak boleh dibawa keluar dari Surau, karena hal itu merupakan amanah, demikianlah seperti dikemukakan oleh khalifah yang memegang kitab ini. Pada bagian pendahuluan kitab  penulis dengan jelas menyatakan bahwa kitab ini (Mukhtasar) diringkaskan dari 20 (dua puluh) kitab tasawuf yang populer dan dipakai luas di lingkungan Mazhab Ahl al-Sunnah wa al-Jamâah.seperti (1). Kitâb Tuhfah al-Mursalah ilâ rûhin Nabî, (2) Kitâb al-Ma`lûmât, (3) Kitâb Adab ‘Asyik wa Khalwat, (4) Kitâb Khâtimah, (5) Kitâb Fath al-Rahmân, (6) Kitâb Maj al-Bahraiin, (7) Kitâb Mi`dân al-Asrâr, (8) Kitâb Fusûs al-Ma`rifah, (9) Kitâb Bayân al-Allâh, (10) Kitab Bahr al-Lahût, (11) Kitab Asrâr al-Shalâh, (12) Kitâb al-Wahdah, (13) Kitâb Futûhat, (14) Kitâb Tanbîh al-Masyi’, (15) Kitâb al-Asrâr al-Insân, (16) Kitâb al-Anwâr al-Haqâiq, (17) Kitâb al-Baitîn, (18) Kitâb Syarh al-Hikâm (19), Kitâb al-Mulahzhah (20) Kitâb al-Jawâhir al-Haqâiq,
Kedua, manuskrip tulisan tangan berbahasa Arab dan bahasa Arab melayu terdiri dari lima kitab bertahun 1223 hijriah Nabi Muhamad SAW bersamaan dengan 1788 M. yang ditulis setelah satu abad Syekh Burhanuddin wafat.

Link berkaitan - [Baca bersambung]
1. Penyebar Islam di Minangkabau - SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN
2. MENGENANG SEJARAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN (1607-1692 M./1026-1111H)
3. Mula mengenal Agama Islam
4. Syeikh Abdurrauf
5. Singkil Selayang pandang
6. Ma’rifat berguru 
7. PAKIAH PONO DIBERI GELAR SYEIKH BURHANUDDIN
8. Syekh Burhanuddin kembali ke Pariaman
9. Perjanjian Bukit Marapalam

1 comment:

  1. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 8 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.net
    arena-domino.org
    100% Memuaskan ^-^

    ReplyDelete

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here