Mula mengenal Agama Islam - MENGENANG SEJARAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN (1607-1692 M./1026-1111H) - Darul Islam Nusantara

Thursday, March 14, 2019

Mula mengenal Agama Islam - MENGENANG SEJARAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN (1607-1692 M./1026-1111H)


MENGENANG SEJARAH SYEIKH BURHANUDDIN ULAKAN (1607-1692 M./1026-1111H)

Mula mengenal Agama Islam
darulislamnusantara - Untuk membekali keterampilan hidup anak seperti biasa setiap hari pekan Sipono selalu dibawa ayahnya pergi ke pasar Tuo Batang Bangkaweh disini dia dipertemukan pada seorang gujarat yang disebut dengan “Illapai” untuk belajar berniaga.

Kiranya Illapai ini memasukkan fahammnya pada Sipono dan sipono tertarik untuk mendalaminya dan sejak saat itu bermulalah perjalanan hidup si Pono. Suatu ketika Illapai menceritakan bahwa ada guru yang lebih pandai darinya di negeri rantau pesisir Minangkabau yaitu seorang ulama dari mekah yang terkenal dengan sebutan Tuanku Madinah. Sedang mengajarkan agama Islam.


Cerita ini menarik minat sipono maka diutarakanlah niat tersebut pada Ayahnya untuk belajar agama Islam di Tapakis pada Tuanku Madinah. Melihat semangat anak kesayangannya dan hiba membayangkan anaknya yang selalu di perolok-olok kan temannya karena pincang maka niat tersebut dikabulkan oleh ayahnya untuk pindah sekaligus membuka lapangan usaha di daerah baru.
Berangkatlah keluarga ini 6 rombongan menyelusuri hutan mengiliri batang air melewati nagari malalo (Singkarak) dan turun gunung sampai Nagari Asam Pulau dan terus mengiliri anak sungai batang anai sampai kenagari Sintuak Lubuk Aluang.

Disintuak merupakan nagari yang pertama mereka tempati dan menetap di perantauan dan karena ditempat ini kehadirannya diterima maka mulailah mereka memulai kehidupan dengan menggembala kerbau. Karena setiap hari kerjanya mengembala kerbau, diusianya yang kesebelas tahun maka sipono tidak banyak bergaul dengan orang lain sehingga dia bagaikan mengasingkan diri disamping setalian untuk menghindari cemoohan orang akan kondisi Kakinya yang pincang. Padang gembalaannya semakin hari semakin jauh dan tidak terbatas di Sintuk saja melainkan melebar sampai ke Tapakis yaitu daerah antara sintuk dan Ulakan kini.

Dipengembalaannya di Tapakis sipono mendapat teman bermain orang ulakan yang berasal dari Tanjung Medan yang bernama Idris yang kelak diberi gelar Khatib Majolelo dan menjadi teman setianya ketika kembali dari Aceh dan menjadi tulang punggung dalam penyiaran Islam di Ulakan.
Dari si Idris inilah si pono banyak mendapat informasi tentang keberadaan Yah Yudi Syeikh Abdul Arif yang digelari Tuangku Madinah karena berasal dari Madinah Tanah Arab dan pada Syeikh ini Sipono belajar agama Islam.
Karena kecerdasannya dan kemauannya yang kuat dalam mempelajari agama maka dengan cepat si pono berhasil menguasai semua pelajaran yang diberikan Tuanku Madinah. Dan pada suatu jumat gurunya menyuruh sipono untuk menjadi Imam dan memimpin guru serta teman teman seperguruannya shalat berjamaah, dia berhasil melaksanakan tugas tersebut tanpa cela sehingga hati syeikh Madinah senang dan mengajaknya berbicara serius dengan mengatakan bahwa ilmu yang dimilikinya belum lengkap untuk itu sipono hendaknya pergi berguru ke Aceh menemui Syeikh Abdlurrauf di singkil.

Sekaitan dengan berkembangnya ajaran Islam di Ulakan masyarakat mulai tidak menyenangi Sipono yang imbasnya juga terhadap keluarga Pampak seseluruhan untuk itu inisiatif sipono pergi ke Aceh disetujui ayahnya agar bisa menghindari kemarahan masyarakat yang mulai main kasar bahkan ingin membunuh si pono karena ajaran islam tersebut menghalangi adat kebiasaan mereka dalam berjudi dan bersabung Ayam.
Bagi orang tua kapergian sipono ke Aceh sama saja dengan kehilangan anak untuk selamanya karena aceh itu jauh dan medannya sangat berat dan berbahaya sehingga kepergian sipono bagaikan kepergian pamit untuk mati yang tidak kembali lagi.

Ranji Menghubungkan Syeikh Burhanuddin dengan Nabi Muhammad SAW.
Perjalanan ini dilepas oleh orang tua dan sahabat karibnya Idris dengan perasaan galau dan kehilangan. Mendapati situasi seperti ini sipono berpesan jangan bersedih bahwa dia akan kembali terutama pada sahabatnya si  Idris yang berjanji akan menanti kedatangan si pono sahabatnya.
Perjalanan ke Aceh.

(1) pantai Aceh Singkil
Dengan bekal keberanian dan keyakinan yang kuat untuk menambah ilmu Agama ke Syeikh Abdurrauf di Aceh maka Hutan Rimba belantara  bukit barisan dia jelajahi tanpa mengenal lelah siang berteman matahari malam berselimut embun dengan bilangan hari minggu dan berganti bulan akhirnya Pakiah Pono bertemu dengan empat orang  yang juga sehaluan jalan.

Keempat orang tersebut berhenti ditepi jalan menunggu Pakiah Pono melewatinya, melihat perawakan dari ke empat orang tersebut hati Pakiah Pono sama sekali tidak ciut meski dalam hatinya bertanya tanya mengapa mereka berhenti padalah dia sudah bersengaja berjalan lambat-lambat agar tetap berada dibelakang.
Ketika sudah dekat dengan sopan Pakiah Pono menyapa mereka sambil menghatur sambah tangan di depan dada yang dibalas dengan sopan pula oleh keempat orang tersebut dan saling bertanya darimana berasal dan kemana tujuan.
Setelah berkenalan dan mengungkap nama masa kecil serta gelar yang disandang kemudian berbincang-bincang tentang arah tujuan yang kiranya sama-sama hendak menuntut ilmu pada Syeikh Abdurrauf di Singkil Aceh. Karena kepintaran berdiplomasi si Pakiah Pono maka atas kesepakatan mereka berlima ditunjuklah Tuanku Pono menjadi pimpinan Rombongan hingga sampai di Aceh Singkil.
Adapun teman berempat yang bertemu Pakiah Pono adalah Datuak maruhun Panjang dari Padang gantiang Batu Sangka, Sitarapang dari Kubuang Tigobaleh Solok, M. Nasir dari Koto Tangah Padang (Koto Panjang), Buyuang Mudo dari Bayang Salido Banda Sapuluah.

No comments:

Post a Comment

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here